Total Tayangan Halaman

Senin, Maret 25, 2013

Inisial ‘G’



Sebuah kisah dalam perjalanan hidup yang memberikan pengalaman berharga dalam hidupku bermasyarakat. Delapan bulan, ya… delapan bulan. Perjalanan hidup itu tidak pernah terlupakan. Kisah yang membuatku belajar banyak hal dalam hidup bermasyarakat. Mengetahui lebih dekat orang-orang yang baru dikenal. Memahami karakter dan sifat banyak orang melalui percakapan singkat. Dan yang pasti menjadikanku bermanfaat bagi orang lain. Bisa membantu orang lain dalam segala hal, membuatku menjadi sosok pribadi yang ‘nyata’.
Hampir setiap hari kujalani hari-hariku di sana. Meskipun sendiri, tetapi aku bahkan tidak pernah merasakan sendiri sedikitpun. Banyak orang-orang disekitar yang selalu menyapa, bercanda, memberi, dan berbagi. Pengalaman yang menyadarkanku akan pentingnya hidup bermasyarakat. Hidup bersama dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Dalam keadaan seperti itulah kesabaran, pengertian, dan kepedulian kita dipertanyakan. Apakah selama ini dalam bermasyarakat kita sudah memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekitar kita? Seberapa besarkah kita memberikan perhatian kepada orang-orang di sekitar kita? Terkadang tidak pernah terpikir bagaimana diri kita dinilai oleh orang lain. Terkadang kita hanya sudah merasa baik hanya dengan menyapa mereka. Namun, apakah hanya karena itu saja kita sudah dikatakan bermasyarakat? Dan sudah cukup baik sebagai tetangga atau teman se-kompleks?

I’m sorry,, goodbye



Bangga banget menjadi bagian dari kalian. Namun, aku malu… malu jika diriku bukanlah sehebat yang kalian banggakan. Tidak seperti yang kalian pikirkan. Bukannya aku tidak ingin bertemu kalian lagi- bercanda, gembira, tertawa, sedih- tetapi diriku merasa kecil di hadapan kalian. Merasa tidak pantas untuk kalian hebatkan. Mungkin hari inilah terakhirku bersama kalian. Bukan,, bukan untuk menghindar dari kalian, apalagi membenci kalian. Namun, cukuplah kulihat dan kudengar kalian dari jauh. Akan kuikuti perkembangan kalian dari jauh. Itu sudah lebih dari cukup membuatku nyaman akan menjadi bagian dari kalian. Terimakasih karena sudah mau menerimaku dengan sangat baik disisi kalian dengan segala kekuranganku. Aku tidak akan menyerah hanya sampai di sini. Akan kutunjukkan pada kalian dan dunia bahwa memang kebanggaan kalian terhadapku bukanlah omong kosong. Jadi, biarlah aku pergi membawa kenangan kalian untuk kucari dan kudapatkan kebanggaan itu.
I’M SORRY,,, GOODBYE

Selasa, Maret 12, 2013

CLICK—CLOCK,,, CLICK—CLOCK !!!


“DUG, DUGG, DUGGG… DUG, DUGG, DUGGG…”,,,
gedoran pintu kamar mandi yang terjadi hampir tiap pagi di sebuah bangunan kerajaan kecil nan bersahaja. Dimulai dari setelah subuh sampai pukul tujuh pagi. Di dapur, ibu sibuk mempersiapkan sarapan istimewa bagi penghuni kerajaan kecil ini. Sang ayah sibuk dengan baju dan tugas-tugas kantor yang belum sempat dibereskan setelah semalaman bertarung dengan malam untuk menyelesaikan tugasnya, sedangkan adik-kakak sibuk mempersiapkan peralatan sekolah yang akan dibawa diiringi beberapa teriakan dan omelan-omelah ricuh yang biasa terjadi antar kedua saudara itu hampir tiap pagi. Hanya saat akhir pekan saja teriakan itu terdengar lebih ramah karena dua orang anak manusia itu lebih suka menghabiskan waktu pagi akhir pekannya di dalam gua persembunyian mereka masing-masing. Sampai tiba waktunya sesosok wanita anggun nan cantik memecahkan keheningan dalam pertapaan mereka untuk berkumpul menyantap hidangan pagi istimewa.
Dalam gemparnya suasana kerajaan rumah tangga yang berisik itu, beberapa burung kecil dengan damainya bersiul tenang pada sebuah ranting pohon di seberang jendela. Dan aku? Hmm, aku hanya duduk termangu dengan dentuman detikku yang terus mengalun menyaksikan semua kesibukan pagi ini. Ya, ya, sibuknya pagi hari…
Meskipun sekarang aku bertindak sebagai penonton dalam semua kericuhan itu, tetapi akulah sebenarnya penyebab utama dari kegemparan dalam bahtera kerajaan ini. Ya, dengan dentanganku yang membahana telah menyadarkan penghuni kerajaan ini untuk bergegas melaksanakan kewajiban sekaligus tugasnya pada pagi hari nan indah. Sebenarnya akupun tak mau menjadi tersangka utama dari gemparnya kerajaan ini tiap pagi namun apa daya diriku yang telah terprogram secara otomatis sejak awal penciptaku menciptakanku.
Click-clock,,, click-clock,,,

Rabu, Maret 06, 2013

Aku benar, dia yang salah,,,



Menjadi seorang yang ditolak oleh orang lain,,, hhmmm, pastinya tidak menyenangkan yaa? tapi, kalo hal itu benar-benar terjadi?? Kitakah yang salah?atau orang yang menolak kitakah yang salah?atau memang sudah tidak ada tempatkah untuk kita di sini?atau…jangan-jangan semua orang yang ditanya, “apakah anda bisa berdampingan dengan orang itu (kita-maksudnya)?”, semua orang akan menolak kita tanpa alasan yang jelas.. mungkin pertanyaan-pertanyaan itulah yang langsung muncul dipikiran kita jika memang hal itu benar-benar terjadi...