Fastabiqul khairat,, itulah tema diskusi IR
28 malam ini. Ya,, berlomba-lomba dalam kebaikan. Kebaikan tentunya akan
berbuah dengan kebaikan juga. Kebaikan sebesar biji zarrah pun akan dicatat
sebagai amal baik kita yang akan diperhitungkan nanti di akhir perhitungan amal.
Sebenarnya materi/tema tentang kebaikan sangat tidak asing dengan keseharian
kita. Namun terkadang,, kebaikan yang sering kita gembor-gemborkan hanya
sebatan pengetahuan saja tanpa adanya aplikasi langsung di lapangan. Entah
kenapa, hanya sedikit berbuat kabaikanpun terasa begitu berat untuk dilakukan
padahal dengan kita memulai satu kabaikan, tidak hanya satu pahala saja yang
kita terima melainkan kebaikan-kebaikan orang-orang yang mengikuti kita untuk
melakukan kebaikan itu juga akan kita dapatkan. Dalam arti, dengan menjadi seorang
pelopor kebaikan, maka seterusnya kebaikan-kebaikan orang-orang yang mengikuti
kita akan kita dapatkan pula sampai akhir hayat. Subhanallah ya..
Eh, tetapi jangan lupa sebaliknya, dengan
menjadi seorang pelopor kejahatan dan ada orang yang mengikutinya, maka dosa
orang-orang yang melakukan kejahatan itu juga akan kita tanggung karena kitalah
yang memulainya. Astagfirullahal’adhim,,, semoga kita termasuk orang-orang yang
selalu dilindungi Allah SWT.. amiiin
Pada sesi pertanyaan, muncul berbagai macam
pendapat dengan kebijaksanaan dan pengetahuannya masing-masing. Sampai diskusi
kita malam ini berlangsung lebih lama dari biasanya. Namun, untuk beberapa
orang diskusi kali ini masih belum bisa memuaskan dan menjawab permasalahan yang
didiskusikan. Apa sih pertanyaanya? Mungkin itu ya yang terlintas dalam benak
kalian-kalian yang membaca tulisan ini..hehe, sok tahu ya? :p
Mmm,, pertanyaannya sih masih seputar
ber-fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). Pertanyaan pertama
tentang amanah yang tiba-tiba memilih kita untuk dilaksanakan padahal kita
tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan amanah itu. Sudah bertanya kepada
yang member amanah namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Jadinya masih
bingung dan idak ooptimal dalam melaksanakan amanah itu. Lalu bagaimana? Apakah
harus mundur saja dari amanah itu?
Hmm,, klasik ya… namun itu adalah hal yang
baru bagi anak baru juga. Namun menurutku (yang tidak sempat tersuarakan pada
saat diskusi berlangsung karena keterbatasan waktu), kembali ke kita. Pertama,
pada saat awal kita diberikan amanah itu kita memang sudah merasa tidak sanggup
untuk melaksanakannya langsung kita menyatakan mundur dari amanah itu dengan
ketegasan yang kita sampaikan. Jika hanya kita merasa tidak enak hat dengan
sang pemberi amanah, lalu kita menerimanya dengan setengah hati dan terpaksa
pula… yakin dan pastilah ketidaknyamanan yang akan kita dapat dan itu sangat
menyiksa baik bagi diri sendiri maupun bagi orang-orang disekitar kita terutama
yang seamanah dengan kita. Kedua, jika amanah itu sudah terlanjur mengalir dan
di pertengahan periode,, coba untuk mencari sebanyak mungkin ilmu bukan hanya
dari sang pemberi amanah yang kita merasa jawabannya tidak memuaskan namun cari
dari banyak sumber yang sekiranya kita akan dapat mendapatkan jawaban yang
memuaskan. Misalnya dengan bertanya kepada teman/kakak/adik yang berada di luar
dari zona kita. Bisa dari luar jurusan, luar fakultas, ataupun luar
universitas. Dan jangan lupa untuk membuka diri selebar-lebarnya untuk
menampung semua ilmu yang dapat kita dapatkan dari banyak orang itu. Percuma
jika kita banyak bertanya, namun kita hanya bisa melihat hanya pada satu sisi,
yakin deh tidak akan pernah jawaban itu kita dapat. So, open yaour mind, open
your heart, and open your hand…
Jika hal itu masih belum memuaskan dan kita
masih ragu dalam amanah ini, coba lihat diri kita sendiri dalam sebuah cermin
besar. Sebenarnya ketidaksanggupan apa yang membuat kita merasa tidak sanggup
dalam anamah ini? Cobalah untuk berikir positif akan semua yang terjadi dalam
hidup kita. Karena semua terjadi karena Allah menghendakinya. Dan Allah tidak
mungkin membebankan suatu hal yang hamba-Nya tidak sanggup untuk menanggungnya.
Iya kan?? mencoba untuk berpikir dan bersikap dewasa dengan melihat semua hal
dari sisi yang berbeda. Dan,,, ikhlas saja untuk melaksanakannya dengan
sebaik-baiknya. Mungkin dalam menjalankan amanah ini akan banyak halangan yang
menghadang,, namun yakinlah dalam amanah-amanah kita yang lain akan dimudahkan
oleh-Nya. Dan itu pasti,, I believe it J
So,,, jangan hanya menyerah dalam satu sisi
kehidupan kita. Ingat, kita masih punya sisi lain yang harus kita tuntaskan
dengan sebaik mungkin. Iya kan? -------------“semangat untuk terus
bersemangat!!”-------------
Pertanyaan lainnya,, tentang kewajiban
melaksanakan piket kebersihan. Hmm, malah tambah klasik ya?? Sebenarnya jika
semua anggota keluarga melaksanakan kewajiban itu dengan baik tidak akan ada
pertanyaan seperti ini. Namun, entah apa ya yang membuat pertanyaan ini selalu,
selalu, dan selalu ada dari dulu sampai sekarang. Dan kebanyakan dari alasan
yang diutarakan dengan tidak melaksanankan kewajibannya adalah karena terlalu
sibuk dengan amanah lain sehingga tidak sempatlah,, waktunya tidak tepatlah,,
dan alas an-alasan lain, mungkin lebih tepat sebagai ajang untuk mencari
pembenaran atas kesalahannya itu. Sebenarnya seberapa lama sih hanya untuk
piket itu? Toh tidak dilakukan sendiri dan tidak tiap hari kan??
Pertama, masing-masing anggota keluarga juga
pastinya dan harusnya tahu akan tugas-tugas piket kebersihan. Mana saja yang
harus dibersihkan. Tinggal membagi tugas dan dilaksanakan. Cuma itu… sulitkah?
Kedua, sadar dan bertanggung jawab penuh akan hari apa piket kebersihannya.
Jangan mengatasnamakan LUPA lalu tidak melasksanakan kewajibannya (piket).
Lagipula yang memilih hari juga kita sendiri kan? dan sudah ada jadwal yang
menempel TEGAS di dinding… masih juga lupa?? Ketiga, peka dengan keadaan
sekitar. Jangan hanya Cuma ngomong dan berisik yang ga’ jelas tapi lakukan.
Jangan hanya karena ada yang teriak “siapa yang piket hari ini??” baru deh
piket, kalo ga’ ada yaaa ga’ piket. Keempat, dewasa dengan bisa membedakan mana
yang harusnya baik untuk ditiru dan mana yang harus disingkirkan jauh-jauh.
Heran yaaa,, sudah tahu hal itu tidak baik namun tetap saja ditiru. KONYOL!!!
KEKANAK-KANAKAN!!!
…… bingung ya? Kalian yang membaca,,
sebenarnya setting-nya dimana sih?? Hem, hem,,, diskusi ini terjadi di
sebuah rumah kos dimana semua penghuninya adalah mahasiswa..
Lucu ya,, sudah mahasiswa tapi cuma ngatur
waktu buat bersih-bersih aja ga’ bisa. Hhmm, mungkin karena terlalu cueknya
terhadap sekitar kali ya.. Padahal mahasiswa ‘kan sebagai bentuk persiapan kita
untuk bermasnyarakat? Kalo saat mahasiswa aja kita ga’ peka terhadap sekitar
kita, bagaimana kita bisa bermasnyarakat dengan baik??
“you are what you think”
“kalo kamu pikir kamu bisa,,
pasti kamu bisa”
--- refleksi perbaikan diri -----
----- yuk sama-sama menjadi orang yang lebih baik
------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis apa saja wis,,