Total Tayangan Halaman

Selasa, Mei 07, 2013

Diskusi malam ini…



Fastabiqul khairat,, itulah tema diskusi IR 28 malam ini. Ya,, berlomba-lomba dalam kebaikan. Kebaikan tentunya akan berbuah dengan kebaikan juga. Kebaikan sebesar biji zarrah pun akan dicatat sebagai amal baik kita yang akan diperhitungkan nanti di akhir perhitungan amal. Sebenarnya materi/tema tentang kebaikan sangat tidak asing dengan keseharian kita. Namun terkadang,, kebaikan yang sering kita gembor-gemborkan hanya sebatan pengetahuan saja tanpa adanya aplikasi langsung di lapangan. Entah kenapa, hanya sedikit berbuat kabaikanpun terasa begitu berat untuk dilakukan padahal dengan kita memulai satu kabaikan, tidak hanya satu pahala saja yang kita terima melainkan kebaikan-kebaikan orang-orang yang mengikuti kita untuk melakukan kebaikan itu juga akan kita dapatkan. Dalam arti, dengan menjadi seorang pelopor kebaikan, maka seterusnya kebaikan-kebaikan orang-orang yang mengikuti kita akan kita dapatkan pula sampai akhir hayat. Subhanallah ya..
Eh, tetapi jangan lupa sebaliknya, dengan menjadi seorang pelopor kejahatan dan ada orang yang mengikutinya, maka dosa orang-orang yang melakukan kejahatan itu juga akan kita tanggung karena kitalah yang memulainya. Astagfirullahal’adhim,,, semoga kita termasuk orang-orang yang selalu dilindungi Allah SWT.. amiiin

Pada sesi pertanyaan, muncul berbagai macam pendapat dengan kebijaksanaan dan pengetahuannya masing-masing. Sampai diskusi kita malam ini berlangsung lebih lama dari biasanya. Namun, untuk beberapa orang diskusi kali ini masih belum bisa memuaskan dan menjawab permasalahan yang didiskusikan. Apa sih pertanyaanya? Mungkin itu ya yang terlintas dalam benak kalian-kalian yang membaca tulisan ini..hehe, sok tahu ya? :p
Mmm,, pertanyaannya sih masih seputar ber-fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). Pertanyaan pertama tentang amanah yang tiba-tiba memilih kita untuk dilaksanakan padahal kita tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan amanah itu. Sudah bertanya kepada yang member amanah namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Jadinya masih bingung dan idak ooptimal dalam melaksanakan amanah itu. Lalu bagaimana? Apakah harus mundur saja dari amanah itu?
Hmm,, klasik ya… namun itu adalah hal yang baru bagi anak baru juga. Namun menurutku (yang tidak sempat tersuarakan pada saat diskusi berlangsung karena keterbatasan waktu), kembali ke kita. Pertama, pada saat awal kita diberikan amanah itu kita memang sudah merasa tidak sanggup untuk melaksanakannya langsung kita menyatakan mundur dari amanah itu dengan ketegasan yang kita sampaikan. Jika hanya kita merasa tidak enak hat dengan sang pemberi amanah, lalu kita menerimanya dengan setengah hati dan terpaksa pula… yakin dan pastilah ketidaknyamanan yang akan kita dapat dan itu sangat menyiksa baik bagi diri sendiri maupun bagi orang-orang disekitar kita terutama yang seamanah dengan kita. Kedua, jika amanah itu sudah terlanjur mengalir dan di pertengahan periode,, coba untuk mencari sebanyak mungkin ilmu bukan hanya dari sang pemberi amanah yang kita merasa jawabannya tidak memuaskan namun cari dari banyak sumber yang sekiranya kita akan dapat mendapatkan jawaban yang memuaskan. Misalnya dengan bertanya kepada teman/kakak/adik yang berada di luar dari zona kita. Bisa dari luar jurusan, luar fakultas, ataupun luar universitas. Dan jangan lupa untuk membuka diri selebar-lebarnya untuk menampung semua ilmu yang dapat kita dapatkan dari banyak orang itu. Percuma jika kita banyak bertanya, namun kita hanya bisa melihat hanya pada satu sisi, yakin deh tidak akan pernah jawaban itu kita dapat. So, open yaour mind, open your heart, and open your hand…
Jika hal itu masih belum memuaskan dan kita masih ragu dalam amanah ini, coba lihat diri kita sendiri dalam sebuah cermin besar. Sebenarnya ketidaksanggupan apa yang membuat kita merasa tidak sanggup dalam anamah ini? Cobalah untuk berikir positif akan semua yang terjadi dalam hidup kita. Karena semua terjadi karena Allah menghendakinya. Dan Allah tidak mungkin membebankan suatu hal yang hamba-Nya tidak sanggup untuk menanggungnya. Iya kan?? mencoba untuk berpikir dan bersikap dewasa dengan melihat semua hal dari sisi yang berbeda. Dan,,, ikhlas saja untuk melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Mungkin dalam menjalankan amanah ini akan banyak halangan yang menghadang,, namun yakinlah dalam amanah-amanah kita yang lain akan dimudahkan oleh-Nya. Dan itu pasti,, I believe it J
So,,, jangan hanya menyerah dalam satu sisi kehidupan kita. Ingat, kita masih punya sisi lain yang harus kita tuntaskan dengan sebaik mungkin. Iya kan? -------------“semangat untuk terus bersemangat!!”-------------
Pertanyaan lainnya,, tentang kewajiban melaksanakan piket kebersihan. Hmm, malah tambah klasik ya?? Sebenarnya jika semua anggota keluarga melaksanakan kewajiban itu dengan baik tidak akan ada pertanyaan seperti ini. Namun, entah apa ya yang membuat pertanyaan ini selalu, selalu, dan selalu ada dari dulu sampai sekarang. Dan kebanyakan dari alasan yang diutarakan dengan tidak melaksanankan kewajibannya adalah karena terlalu sibuk dengan amanah lain sehingga tidak sempatlah,, waktunya tidak tepatlah,, dan alas an-alasan lain, mungkin lebih tepat sebagai ajang untuk mencari pembenaran atas kesalahannya itu. Sebenarnya seberapa lama sih hanya untuk piket itu? Toh tidak dilakukan sendiri dan tidak tiap hari kan??
Pertama, masing-masing anggota keluarga juga pastinya dan harusnya tahu akan tugas-tugas piket kebersihan. Mana saja yang harus dibersihkan. Tinggal membagi tugas dan dilaksanakan. Cuma itu… sulitkah? Kedua, sadar dan bertanggung jawab penuh akan hari apa piket kebersihannya. Jangan mengatasnamakan LUPA lalu tidak melasksanakan kewajibannya (piket). Lagipula yang memilih hari juga kita sendiri kan? dan sudah ada jadwal yang menempel TEGAS di dinding… masih juga lupa?? Ketiga, peka dengan keadaan sekitar. Jangan hanya Cuma ngomong dan berisik yang ga’ jelas tapi lakukan. Jangan hanya karena ada yang teriak “siapa yang piket hari ini??” baru deh piket, kalo ga’ ada yaaa ga’ piket. Keempat, dewasa dengan bisa membedakan mana yang harusnya baik untuk ditiru dan mana yang harus disingkirkan jauh-jauh. Heran yaaa,, sudah tahu hal itu tidak baik namun tetap saja ditiru. KONYOL!!! KEKANAK-KANAKAN!!!
…… bingung ya? Kalian yang membaca,, sebenarnya setting-nya dimana sih?? Hem, hem,,, diskusi ini terjadi di sebuah rumah kos dimana semua penghuninya adalah mahasiswa..
Lucu ya,, sudah mahasiswa tapi cuma ngatur waktu buat bersih-bersih aja ga’ bisa. Hhmm, mungkin karena terlalu cueknya terhadap sekitar kali ya.. Padahal mahasiswa ‘kan sebagai bentuk persiapan kita untuk bermasnyarakat? Kalo saat mahasiswa aja kita ga’ peka terhadap sekitar kita, bagaimana kita bisa bermasnyarakat dengan baik??
“you are what you think”
“kalo kamu pikir kamu bisa,, pasti kamu bisa”
--- refleksi perbaikan diri -----
----- yuk sama-sama menjadi orang yang lebih baik ------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis apa saja wis,,