“DUG, DUGG, DUGGG… DUG, DUGG, DUGGG…”,,,
gedoran pintu kamar mandi yang terjadi hampir tiap
pagi di sebuah bangunan kerajaan kecil nan bersahaja. Dimulai dari setelah
subuh sampai pukul tujuh pagi. Di dapur, ibu sibuk mempersiapkan sarapan
istimewa bagi penghuni kerajaan kecil ini. Sang ayah sibuk dengan baju dan tugas-tugas
kantor yang belum sempat dibereskan setelah semalaman bertarung dengan malam
untuk menyelesaikan tugasnya, sedangkan adik-kakak sibuk mempersiapkan
peralatan sekolah yang akan dibawa diiringi beberapa teriakan dan omelan-omelah
ricuh yang biasa terjadi antar kedua saudara itu hampir tiap pagi. Hanya saat
akhir pekan saja teriakan itu terdengar lebih ramah karena dua orang anak
manusia itu lebih suka menghabiskan waktu pagi akhir pekannya di dalam gua
persembunyian mereka masing-masing. Sampai tiba waktunya sesosok wanita anggun
nan cantik memecahkan keheningan dalam pertapaan mereka untuk berkumpul
menyantap hidangan pagi istimewa.
Dalam gemparnya suasana kerajaan rumah
tangga yang berisik itu, beberapa burung kecil dengan damainya bersiul tenang pada
sebuah ranting pohon di seberang jendela. Dan aku? Hmm, aku hanya duduk
termangu dengan dentuman detikku yang terus mengalun menyaksikan semua
kesibukan pagi ini. Ya, ya, sibuknya pagi hari…
Meskipun sekarang aku bertindak sebagai penonton
dalam semua kericuhan itu, tetapi akulah sebenarnya penyebab utama dari
kegemparan dalam bahtera kerajaan ini. Ya, dengan dentanganku yang membahana telah
menyadarkan penghuni kerajaan ini untuk bergegas melaksanakan kewajiban
sekaligus tugasnya pada pagi hari nan indah. Sebenarnya akupun tak mau menjadi
tersangka utama dari gemparnya kerajaan ini tiap pagi namun apa daya diriku yang
telah terprogram secara otomatis sejak awal penciptaku menciptakanku.
alunan detikpun berubah menjadi menit, dan mulailah
ketenangan rumah ini setelah satu persatu ditinggalkan penghuninya-untuk
sementara-. Hanya tertinggal seorang wanita cantik sang penguasa kedua kerajaan
rumah tangga ini yang melanjutkan titah sang penguasa utama untuk menjaga dan melindungi
ketenteraman kerajaannya. Ya,, itulah ibu- mereka menyebutnya-. Mulailah sang
ibu melaksanakan tugas-tugasnya dengan bijaksana dan penuh keanggunan. Dan aku
setia menemani sang ibu dalam menjalani detik, menit, dan jam yang terus
berganti.
Terkadang akupun merasa iba melihat sesosok
perempuan melakukan pekerjaan melelahkan seperti yang ibu lakukan. Ingin sekali
diriku melompat dan membantunya sekuat tenagaku. Namun, aku tak bisa. Hanya
bisa kupandangi saja sang ibu melakukan tugas besarnya dengan derasnya keringat
dan desahan napas yang berat menandakan beliau telah bekerja keras. Tetapi
semakin kulihat sosok perempuan di depanku ini dan kuperhatikan ia setiap hari,
setelah selesai melaksanakan tugas rumah tangganya lantas ia tersenyum seolah
menandakan kepuasannya telah menjadi seorang ibu yang bertanggung jawab penuh
atas rumah tangga ini. Dan setelah berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun ku berada dan menjadi bagian dalam keluarga
kerajaan kecil ini ternyata memang itulah pilihan terbaik sang ibu dengan
kepuasannya menjadi sosok perempuan hebat yang bernar-benar berfokus atas
pekerjaannya sebagai penguasa kedua kerajaan rumah tangga tersebut.
Suinggg, suinggg,,,
tiupan angin sepoi-sepoi menambah damainya kerajaan
yang telah ditinggalkan oleh sebagian penghuninya untuk sementara. Menjelang
tengah hari tiba-tiba aku tersentak dengan bunyi-bunyi nyaring di dalam salah
satu ruangan dalam kerajaan kecil ini.
Sreeeng.. Sreeeng.. Sreeeng.. Osreeeng..
Osrengggg..
Ho,ho,, ternyata minyak goreng yang sudah tidak sabar
ingin melumasi ikan-ikan segar dalam balutan bubuk putih untuk segera dipanaskan.
Dan ikan-ikan itupun dengan kegirangan langsung saja melompat ke dalam minyak
goreng panas- ‘bak’ kolam pemandian air panas- agar tubuhnya segera mendapatkan
kehangatan dengan berubah warna menjadi coklat keemasan yang menggugah selera. Hmm,,
yummi…
Yachh,, walaupun sudah lama juga aku menjadi
bagian dari keluarga ini, suara-suara nyaring selain dari kedua putra-putri
kerajaan sungguh membuatku terkaget-kaget juga. Pernah, sampai-sampai hampir
saja ku jatuh tersungkur dan terjerembab gara-gara sang ibu kurang berhati-hati
membawa panci kosong sehingga jatuhnya panci itu ke lantai yang keras membuat
suara yang nyaris menandingi suara dentanganku yang dahsyat. Namun, segera ku
kendalikan diri dan ku perbaiki posisi kotakku yang agak miring. Untungnya aku
tidak terjatuh. Jika saja hal itu sampai terjadi, tamat sudah riwayatku.
Matahari mulai mencondongkan dirinya menuju ke
arah barat. Dan saat itu pula keheningan dan ketenangan dalam kerajaan kecil
ini berubah menjadi gempar seolah telah terjadi gempa 8,6 skala richter. Mm,
mungkin terdengar berlebihan ya? karena seberapa besar goncangan yang
diakibatkan oleh gempa itu, akupun tak tahu. Aku hanya mendengarnya melalui
sebuah kotak yang dapat mengeluarkan suara dan gambar-gambar warna-warni
bergerak yang sering disaksikan oleh penghuni kerajaan ini. Konon, gempa itu
dapat menyebabkan kekacauan maha dahsyat karena dapat menyebabkankan air laut
memuntahkan airnya sampai ketengah daratan dan menyapu semua yang diterjangnya untuk
diseret kembali ke tengah lautan. Dahsyat bukan? Tetapi, untuk kejadian dalam
kerajaan rumah tangga ini tidak sedahsyat itu ko’… mungkin hanya berbeda
sedikit :-p
Kembali kepada kegemparan yang tiba-tiba
saja menyerbu tanpa ampun masuk ke dalam kerajaan kecil ini.. ya, itulah mereka
dua kakak-adik yang tidak mau mengalah satu sama lain sehingga selalu
berselisih. Meskipun keduanya terdengar kasar kepada satu sama lain, namun pada
saat menyapa seorang wanita yang mereka sebut ibu suara mereka secepat kilat
berubah lembut dan penuh kasih sayang. Dan aku selalu bertanya-tanya kenapa…
dan entahlah,,, sampai saat inipun aku tak tahu kenapa.
Click,, clock,, Click,, clock,,
tanganku tepat menunjuk angka lima dan mataharipun
akan segera berpulang ke ufuk barat, menghilang di balik cakrawala, menyembunyikan
terang sinarnya yang selalu bercahaya. Itulah saat dimana bulan memunculkan
batang hidungnya dengan cahaya yang terang diantara gelapnya hari yang disebut
malam. Masih dengan riuh ramai kerajaan ini, namun saat-saat seperti ini riuh
ramainya lebih terasa riuh ramai bersahabat. Tanpa adanya rasa diburu waktu dan
tergesa-gesa. Dan waktu-waktu seperti inilah yang paling dirindukan setiap saat,
bahkan aku yang hanya bisa melihat saja juga merasakan saat-saat seperti inilah
yang selalu kurindukan. Saat semua berkumpul dalam satu ruangan dan saling
bercerita diselingi canda tentang apa yang terjadi hari ini, itulah saat
membahagiakan untuk dilihat, dirasakan, dan dikenang.
Selesai perkumpulan keluarga tadi sang putri
dan pangeran bergegas pamit menuju ke ruang pertapaannya untuk menyelesaikan
tugas sekolah mereka masing-masing,, ya, sekolah tempat menuntut ilmu, berbagi
pengalaman dan bermain bersama. Itulah yang kudengar tentang sekolah. Kulihat
kedua adik-kakak itu dengan khusyuk dan serius menulis dan membolak-balik
bukunya. Benar-benar berbeda 180 derajat dari waktu pagi hari mereka. Tidak
berisik, tidak mengomel satu sama lain, dan tenang. Hal itu membuatku berpikir
bahwa hebat sekali pengaruh dari sekolah itu ya? Sampai-sampai membuat kedua
anak manusia yang berisik ini jadi diam, tenang, dan terlihat manis. Ya,,
mungkin memang itulah kehebatannya sekolah. Jadi, memang tidak sia-sia mereka
pergi sekolah tiap pagi untuk belajar yach? Belajar menghargai diri sendiri,
belajar menghargai waktu, dan belajar menghargai orang lain…
Semakin larut suasana malam semakin sepi dan
benar-benar sepi tanpa suara dan cahaya yang berarti. Hanya suara jangkrik yang
masih terjaga yang terdengar. Tetapi… sayup-sayup kudengar suara, “tik,,, tik,,,
tik,,,” dari sebuah ruangan dalam kerajaan kecil ini yang masih terang
benderang. Semakin kuperhatikan ternyata seorang lelaki gagah perkasa masih
terjaga,, ya, sang penguasa utama rumah tangga dalam kerajaan kecil ini-
ayah-. Memang saat-saat seperti inilah
sang ayah dengan tenangnya melaksanakan tugas-tugas kantornya yang rumit. Dan
terkadang kulihat setelah selesai dengan pekerjaan kantornya, beliau masih
terdiam di atas kursi kerjanya memikirkan sesuatu. Entahlah,, sesuatu yang
cukup rumit mungkin karena terkadang kulihat ayah mengerutkan keningnya
berlipat-lipat. Hm, Mungkin karena jabatan yang beliau emban sangat membutuhkan
tanggung jawab besar, yaitu sebagai seorang penguasa utama kerajaan ini.
Sehingga beliau mempunyai tanggung jawab penuh atas keberlangsungan kerajaan
ini agar tak sampai jatuh. Dan mungkin itu juga yang membuat sang ayah menjadi terlihat
lebih tua dengan mulai terlihatnya kerutan-kerutan di wajahnya yang selalu bertambah
dan juga rambut kepalanya yang mulai memutih, disamping faktor umur tentunya. Mm..mm..
Entahlah..
Click,,,,,, clock,,,,,, click,,,,,,
clock,,,,,,
waktu-waktu seperti inilah, waktu dimana diriku adalah
penguasa kerajaan sejati. Yaaa… penguasa tertinggi kerajaan,, HA HA HA..-ups, hanya
bercanda ;p-,, tetapi memang saat seperti inilah saat dimana hanya
denting-denting detikku yang berkuasa memenuhi seluruh ruang dan waktu. Seolah dunia ada dalam genggamanku. Meskipun
hanya beberapa jam saja dalam sehari, namun itu sudah cukup membuatku bangga
akan diriku yang kecil ini. Ya, waktu tengah malam yang istimewa.
Click, clock…
Wah, sudah sepertiga malam berlalu.. mungkin
aku harus bersiap-siap untuk mengerahkan tenaga dan perhatianku agar aku bisa
berdentang dengan mantap dan elegan. Yaa, agar orang-orang dalam kerajaan kecil
ini bisa membuka matanya dengan mantap dan segar sehingga dapat memulai hari
dengan indah dan bahagia. Sebentar lagi, ya,, sebentar lagi.
… Nah,, sekaranglah saatnya,,,,,, tangan
panjangku telah menunjuk angka 12 dan tangan pendekku telah menunjuk angka 4.
Yups, pukul 04.00 WIB…
Inilah saatnya…
TOOOEEEENGGGGGGGGG,,, TOOOEEEENGGGGGGGGG,,,
TOOOEEEENGGGGGGGGG,,, TOOOEEEENGGGGGGGGG,,,
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Hufh,,, selesai sudah tugasku hari ini,,,
Dan………
“GRUDUK, GLUDUG, GRUDUK, GLUDUG…”
.. .. .. ..
dimulailah kesibukan pagi ini seperti biasa…
----SELESAI----
Coretan-coretan tinta sebuah jam
dinding tua
di dinding rumahku-rumahmu-rumah kita
Dan kuhadir untuk ikut serta dalam kerajaan yg slalu bersahaja ini
BalasHapusI Love U
Dan kuhadir untuk ikut serta dalam kerajaan yg slalu bersahaja ini
BalasHapusI Love U